Senin, 16 November 2015

antioksidan pada rambut jagung



PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK PADA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) YANG TUMBUH DI KOTA PALOPO DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN




DEWI LIDIAWATI
1203410001


















FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2014






BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
       Dalam kehidupan sehari-hari banyak diantara Masyarakat yang masih mengabaikan berbagai macam hal yang dapat menimbulkan banyak penyakit yang tidak jarang hingga menyebabkan kematian. Salah satu penyebab berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian adalah radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti Kanker, Osteoporosis, Peradangan hingga Penuaan Dini(Bhaigyabati dkk., 2011 dalam Adi Ahmad dkk., 2013). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron baik berupa senyawa lipid, lipoprotein, protein, karbohidrat RNA maupun DNA dalam tubuh untuk mencapai kesetimbangannya. Reaksi ini berlangsung terus menerus dalam tubuh dan apabila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit.
       Oksidan adalah bahan kimia elektrofil yang sangat reaktif dan dapat memindahkan elektron dari molekul lain dan menghasilkan oksidasi pada molekul tersebut. Oksidan yang dapat merusak sel berasal dari dalam tubuh itu sendiri dan berasal dari luar tubuh, dalam bidang kedokteran radikal bebas sering disamakan dengan oksidan karena memiliki sifat yang mirip dan dapat  menyebabkan kerusakan yang sama walaupun prosesnya berbeda.
       Efek dari radikal bebas dalam tubuh akan  dinetralisir oleh antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel melawan radikal bebas. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan sters oksidatif. Fungsi sistem antioksidan tubuh dalam melindungi jaringan terhadap efek negatif radikal bebas dapat dikelompokkan menjadi Antioksidan Primer, Antioksidan Sekunder, Antioksidan Tersier, Oxygen Scvenger, Chelators.
       Antioksidan dapat diperoleh dari dalam tubuh itu sendiri dan suplemen dari luar melalui makanan, minuman, obat-obatan seperti vitamin C, E dan lain-lain. Namun dalam perkembangannya antioksidan dapat juga dihasil dari bahan-bahan yang tidak terduga sebelumnya, contohnya antioksidan yang dihasilkan dari ekstraksi rambut jagung muda, seperti pada eksperiment (A.R. Nurhanan, W.I. Wan Rosli, 2012) yang mengekstraksi rambut jangung muda untuk menghasilkan polivenol sebagai antioksidan, dan (Adi Ahmad Samin, dkk, 2013) yang juga mengekstraksi rambut jagung muda yang tumbuh didaerah Gorontalo untuk menghasilkan fenolik sebagai antioksidan.
       Rambut jagung ternyata memiliki senyawa metabolit sekunder seperti fenol, flavonoit, tanin, alkaloid, terpenoid, saponin dan glikosida. Senyawa-senyawa tersebut berdasarkan beberapa penelitian diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Atmoko dan Ma’ruf, 2009 dalam Adi Ahmad dkk., 2013). Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui uji aktifitas kandungan fenolik total pada rambut jagung yang tumbuh dikota Palopo sebagai antioksidan.

1.2    Rumusan Masalah
       Bagaimana aktivitas senyawa fenolik dalam ekstrak rambut jagung yang tumbuh dikota Palopo sebagai antioksidan?

1.3    Tujuan Penelitian
       Mengetahui aktivitas senyawa fenolik dalam ekstrak rambut jagung yang tumbuh dikota Palopo sebagai antioksidan.

1.4    Mafaat Penelitian
       Manfaat dari penelitian ini, diharapkan menghasilkan suatu produk antioksidan alami yang diharapkan dapat menggantikan antioksidan sintetik. Selain itu dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari rambut jagung.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Tanama Jagung
       Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu.
Morvologi tumbuhan jagung:
Kingdom         : Plantae (Tumbuh-Tumbuhan)
Division           : Spermatophyta (Tumbuhaan Berbiji)
Sub Division   : Angiospermae (Berbiji Tertutp)
Clasis               : Monocotyledone (Berkeping Satu)
Ordo                : Graminae (Rumput-rumputanan)
Familia            : Graminaceae
Genus              : Zea
Species            : Zea Mays L
(Kemal prihatman, 2000 dalam Sweet corn Baby corn 2004)
       Jagung (Zea mays L) adalah tanaman pangan kedua setelah padi dan didunia jagung adalah tanaman makanan ketiga setelah gandum(Haryono Semangun,2004). Jagung (Zea mays L) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting didunia selain gandum dan padi. Di masa kini jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Contohnya bioenergi, industri kimia dan farmasi.
a.    Bagian-Bagian Buah Jagung
Buah jagung memiliki bagian diantaranya seperti:
a)    Biji dan Tongkol
       Biji jagung mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak dan lainnya (Hardman and Gunsolus 1998). Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berpengaruh dalam pengolahan pangan.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Jagung Biasa Tiap 100 Gram Berat Yang Dapat Dimakan
Zat Gizi
Kandungan gizi
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Air
129 kal
4,1 g
1,3 g
30,3 g
5,0 mg
108,0 mg
1,1 mg
117,0 SI
0,18 mg
9,0 mg
63,5 g
Sumber: Sweet corn Baby corn 2004
        Selain biji, tongkol jagung juga dapat dimanfaatkan, salah satunya menjadi bioetanol meskipun masih beberapa orang yang mulai memanfaatkannya sebagai bioetanol. Tongkol jagung memiliki banyak kandungan selulosa sehingga sangat mungkin untuk memanfaatkannya sebagai bioetanol.

b)   Rambut jagung
       Selain biji pada buah jagung ternyata tanaman jagung juga memiliki bagian lain yang sangat berguna yaitu rambut jagung sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional contohnya tekanan darah tinggi, pereda panas dalam(Indra, 2013). Rambut jagung ternyata memiliki senyawa metabolit sekunder seperti fenol, flavonoit, tanin, alkaloid, terpenoid, saponin dan glikosida. Senyawa-senyawa tersebut berdasarkan beberapa penelitian diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Atmoko dan Ma’ruf, 2009 dalam Adi Ahmad dkk., 2013).

c)    Kulit jagung
       Kulit jagung banyak diolah dan dimanfaatkan sebagai hiasan, gantungan kunci hingga bonekah-bonekah yang memiliki harga jual tinggi, meskipun produksinya masih dalam skala rumahan namun ini menjadi salah satu alternatif dalam menanggulangi limbah dari jagung, dan dapat meningkatkan pendapat masyakat.
Gambar 1. Tanaman Jagung
Sumber: Dokumentasi Pribadi
b.   Jenis-Jenis Jagung
Berdasarkan bentuk dan strukturnya biji jagung dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a.         Jagung Mutiara (Flint Corn), Zea Mays Indurate
              Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat licin, mengkilap, dan keras. Bagian pati yang keras terdapat di bagian atas biji. Pada saat masak, bagian atas biji mengkerut bersama-sama, sehingga permukaan biji bagian atas licin dan bulat.
              Varietas lokal jagung di Indonesia umumnya tergolong ke dalam tipe biji mutiara. Tipe ini disukai petani karena tahan hama gudang. (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
b.        Jagung Gigi Kuda (Dent Corn), Zea Mays Indentata
              Bagian pati yang keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan bagian pati yang lunak di bagian tengah sampai ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut daripada pati keras, sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Biji tipe dent ini bentuknya besar, pipih, dan berlekuk (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
c.         Jagung Manis (Sweet Corn), Zea mays saccharata
              Jagung manis mulanya berkembang dari jagung tipe dent dan flint, kemudian dimutasi menjadi tipe gula resesif (sweet corn baby corn, 2004). Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi daripada pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding jagung normal pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan. Menurut koswara (1986) sifat manis ini ditentukan oleh gen sugary yang resesif (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros). Gen ini dapat mencegah pengubahan gula menjadi zat pati pada endosperm sehigga jumlah gula lebih banyak dibandingkan jagung biasa (sweet corn baby corn, 2004). Karbohidrat dalam biji jagung manis mengandung gula pereduksi(glukosa dan fruktosa), sukrosa, polisakarida dan pati. Menurut Koswara(1986), kadar gula pada endosperm jagung manis sebesar 5-6% dan kadar pati 10-11%( sweet corn baby corn, 2004).
d.        Jagung Pod, Z. Tunicata Sturt
              Jagung pod adalah jagung yang paling primitif. Jagung ini terbungkus oleh glume atau kelobot yang berukuran kecil. Jagung pod tidak dibudidayakan secara komersial sehingga tidak banyak dikenal. Kultivar Amerika Selatan dimanfaatkan oleh suku Indian dalam upacara adat karena dipercaya memiliki kekuatan magis (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
e.         Jagung Berondong (Pop Corn), Zea mays
              Tipe jagung ini memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji mengandung pati keras dengan proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam jumlah sedikit terletak di tengah endosperm. Apabila dipanaskan, uap akan masuk ke dalam biji yang kemudian membesar dan pecah (pop) (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
f.         Jagung Pulut (Waxy Corn), Z. ceritina Kulesh
              Jagung pulut memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin. Adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif yang terletak pada kromosom mempengaruhi komposisi kimiawi pati, sehingga akumulasi amilosa sangat sedikit (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
g.        Jagung QPM (Quality Protein Maize)
               Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang tinggi dalam endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque-2 (o2) bersifat resesif yang mengendalikan produksi lisin dan triptofan. Kandungan protein yang tinggi dalam endosperm memberikan warna gelap pada biji(Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros).
h.        Jagung Minyak Tinggi (High-Oil)
               Jagung minyak tinggi memiliki biji dengan kandungan minyak lebih dari 6%, sementara sebagian besar jagung berkadar minyak 3,5-5%. Sebagian besar minyak biji terdapat dalam scutelum, yaitu 83-85% dari total minyak biji. Jagung minyak tinggi sangat penting dalam industri makanan, seperti margarin dan minyak goreng, serta industri pakan. Ternak yang diberi pakan jagung minyak tinggi berdampak positif terhadap pertumbuhannya (Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros)

c.    Manfaan Tanaman Jagung
       Manfaat tanaman biji tua  jagung diantaranya, dapat menjadi nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biscuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, batang dan daun muda: pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering: kayu bakar, batang jagung: lanjaran (turus), batang jagung: pulp (bahan kertas), buah jagung muda (putren, jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng(Kemal Prihatman, 2000).
       Selain itu jagung juga dapat dimanfaatka sebagai bahan baku bioetanol yang dapat digunakan untuk campuran bahan bakar, karena dalam 1 ton jagung dapat menghasilkan 400 liter bioetanol dan mampu menghasilkan 99,5% etanol. Dengan mencampurkan 10% bioetanol kedalam 90% premium dapat menghasilkan kadar emisi karbon dan hidrokabon yang lebih rendah dari gas buang pembakaran mesin yang lebi rendah dibandingkan pertamax dan premium, selain itu dapat menhemat penggunaan minyak bumi(Endang susilowati, 2007:225).

2.2  Ekstraksi
       Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut.
Tujuan ektraksi:
a.         Senyawa kimia yang telah diketahui identitsanya untuk diekstraksi dari organisme.
b.        Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu.
c.         Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Proses pemisahan dengan cara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar.
1.        Proses penyampuran sejumlah massa bahan ke dalam larutan yang akan dipisahkan komponen – komponennya.
2.        Proses pembantukan fase seimbang.
3.        Proses pemisahan kedua fase seimbang.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara dingin dan cara panas.
Ekstraksi dengan cara dingin dibedakan menjadi maserasi dan perkolasi.
a.         Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapak kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.
Prinsip :
       Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel .
Keuntungan yaitu peralatannya sederhana. Kerugian yaitu waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
b.        Perkolasi adalah estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar. Tujuan perkolasi adalah agar zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Keuntungan :
1.    Tidak terjadi kejenuhan.
2.    Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).
Kerugian :
1.    Cairan penyaring lebih banyak.
2.    Resiko pencemaran mikroba untuk penyaring air karena dilakukan secara terbuka.
Ekstraksi cara panas dibagi atas:
a.         Refluk adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan pendingin balik.
       Prinsip : Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna.
Keuntungan yaitu digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang memiliki tekstur kasar.
Kerugian yaitu butuh volume total pelarut yang besar.
b.        Soxhlet yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Prinsip: ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Keuntungan :
1.    Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
2.    Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
3.    Pemanasannya dapat diatur
Kerugian :
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi.
c.         Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar. Secara umum dilakukan pada suhu 40-50oC.
d.        Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (benjana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit)
e.         Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan (>30oC) dan temperatur sampai titik didih air.
2.3    Fenolik
       Senyawa fenolik merupakan metabolit skunder tanaman serta komponen penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran dan tanaman lainnya. Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang menempel dicicin aromatik. Dengan kata lain senyawa fenolik adalah senyawa yang sekurang-kurangnya memiliki satu gugus fenol.
fenol.
       Fenolik memiliki struktur bervariasi mulai dari venolik sederhana hingga polimer komleks dengan massa molekul relatif yang tinggi( Balasundram et al.,2006). Fenolik adalah salah satu kelompok fitokimia yang banyak terdapat dialam memiliki fungsi fisiologis dan morfologis yang penting bagi tanaman. Fenolik mempunyai beragam biologis, diantaranya mempengaruhi pigmen tanaman, sebagai antioksidan dan agensia pelindung terhadap sinar ultra-violet(Naczk dan Shahidi,2006).
       Terkait dengan senyawa fenolik, seringkali terjadi kerancuan pada pengertian polifenol. Istilah polifeno kadang disalah artikan sebagai bentuk polimerisasi senyawa fenolik, padahal polifenol hanya merupakan senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus fenol. Polifenol terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah cicin yang terikat pada cicin ini. Kelompok utama polifenol meliputi flafonoid,asam fenolik, tanin(yoshihara et al.2010).
        Banyaknya variasi gugus yang mungkin tersubstitusi pada kerangka utama fenol menyebabkan kelompok fenolik memiliki banyak sekali anggota. Oleh karena senyawa kimia yang tergolong sebagai senyawa fenolik sangat banyak macamnya, berbagai cara klasifikasi dilakukan oleh banyak ilmuan. Salah satunya metode klasifikasi adalah berdasarkan jumlah karbon pada molekul yang dilakukan oleh harborne dan Simmonds(1964).


Tabel 1. Klasifikasi  senyawa  fenolik  berdasarkan  jumlah  atom karbon.
Senyawa
Kelas
C6
C6-C1
C6-C2
C6-C3
C6-C3
C15
C15
C15
C15
C15
C15
C15
C30
C6C1C6, C6C2C6
C6, C10, C14
C18
Lignan, Neolignan
Lignin
Tanin
Phlobaphene
Fenolik Sederhana
Asam fenolat
Asetofenon dan asam fenilasetat
Asam sinamat,sinamil aldehid, sinamil alkohol
Koumarin, isokoumarin, dan kromon
Kalkon, auron, hidrokalkon
Flavan
Falvon
Flavonon
Flavononol
Antosianidin
Antosianin
Beflavonil
Benzofenon, xanton, stilben
Kuinon
Betasianin
Dimer atau oligomer
Polimer
Oligomer atau polimer
Polimer
Sumber: Vermerris dan Nicholson, 2006 dalam Seafast Center 2012
       Dalam uji fitokimia yang dilakukan oleh Adi Ahmad Samin dkk, (2013) mendapatkan hasil bahwa rambut jagung positif mengandung flavonoid, alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, dan fenol hidrokuinon. Namun, memiliki tingkat intensitas berbeda-beda pada setiap fraksi tergantung pada fraksi yang digunakan.
Uji fitokimia bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sample.

2.4    Oksidan dan Radikal Bebas
       Oksidan adalah bahan kimia elektrofil yang sangat reaktif dan dapat memindahkan elektron dari molekul lain dan menghasilkan oksidasi pada molekul tersebut. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron, reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan apabila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit.
       Oksidan dalam pengertian ilmu kimia, adalah senyawa penerima elektron, (electron acceptor), yaitu senyawa-senyawa yang dapat menarik elektron. Sebaliknya, dalam pengertian ilmu kimia, radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron yang tak berpasangan (unpaired electron).
Radikal bebas memiliki sifat
1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron.
2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
       Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya untuk menarik elektron. Jadi sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima elektron. Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran, radikal bebas digolongkan dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas.
       Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas diatas, yaitu reaktifitas yang tinggi dan kecenderungannya membentuk radikal baru, yang pada gilirannya apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga terjadilah rantai reaksi (chain reaction) Reaksi rantai tersebut baru berhenti apabila radikal bebas tersebut dapat diredam (Purnomo S,1993 dalam H. Anggraini 2011).
       Produksi radikal bebas yang tinggi/sangat banyak dapat terjadi oleh berbagai faktor misalnya: sinar ultra violet (terdapat dalam matahari), montamina dengan makanan (zat warna tekstil yang dipergunakan untuk mewarnai makanan), polusi udara(pencemaran udara oleh asap pabrik dan kendaraan bermotor), asap rokok, insektisida(dalam pertanian dan rumah tangga), yang dapat menyebabkan kanker, katarak, penuaan dini, yang semuanya menyebabkan meningkatnya kematian dini (Cooper, 1994 dalam H. Anggraini 2011).
Sedangkan oksidan yang dapat meruksak sel besal dari:
a.         Berasal dari tubuh itu sendiri, berupa senyawa yang sebenarnya berasal dari proses biologi normal namun oleh suatu sebab terdapat dalam jumlah berlebih.
b.        Berasal dari luar tubuh yang berperan menimbulkan dampak negatif adalah asap rokok, NO, NO2 dan ozon. Asap rokok merupakan substansi paling sering, karena menimbulkan berbagai perubahan biokimia dan fisiologi jaringan paru-paru. Oksidan yang dihasilkan tembakau menurunkan jumlah antioksidan intraseluler yang terdapat dalam sel paru-paru(Mega Arista 2013).
Efek radikal bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang dibentuk oleh tubuh sendiri dan dari suplemen dari luar melalui makanan , minuman atau obat-obatan, seperti karotenoid, vitamin C, vitamin E dan lain-lain.

2.5    Antioksidan
       Di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD (Superoksida Dismutase), gluthatione, dan katalase. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan sters oksidatif. Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, cokelat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya (Prakash, 2001; Frei B,1994; Trevor R, 1995 dalam skripsi ekstraksi antioksidan ( likopen ) dari buah tomat dengan menggunakan solven campuran, n – heksana, aseton, dan etanol).
Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam lima tipe antioksidan, yaitu:
a.         Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol.
b.        Oxygen scavengers , yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit.
c.         Secondary antioxidantsI, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi prodak akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan dilauriltiopropionat.
d.        Antioxidative EnzimeI, yaitu enzim yang berperan mencegah terbantuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase(SOD), glutation peroksidase, dan kalalase.
e.         Chelators sequestrants.yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid(H. Anggraini 2011).

2.6    Metode Uji Aktivitas Antioksidan
       Metode yang paling banyak digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan tanaman obat adalah dengan menggunakan radikal bebas 2,2-defenil-1-pikirlhidrazil (DPPH). Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktifitas abtioksidan(IC50).
DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan  senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen.
       Karena adanya elektron yang tidak berpasangan DPPH memberikan serapan kuat pada 517nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas maka absorbansinya menurun. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Pauly, 2001 dalam Penentuan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan Metode DPPH). DPPH larut dalam pelarut polar seperti metanol dan etanol.
Sumber: (Prakash et al, 2001 dalam Penentuan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan Metode DPPH).

2.7    Hasil Penelitian yang Relevan
       Hasil penelitian terdahulu A.R. Nurhanan et al.(2012). Meneliti tentang kandungan jumlah polifenol dan aktivitasnya sebagai anti radikal bebas dalam rambut jagung muda, dengan membedakan pelarut yang digunakan dalam metode ektrakasi yaitu metanol dan air. Dimana diperoleh hasil ekstrak rambut jangung dengan metanol mengandung 272,81 mg GAE/100 g tanaman kering sedangkan ekstrak rambut jagung dengan air terkandungn 256,36 mg GAE/100 mg tanaman kering. Dengan aktifitas sebagai antioksidan dalam ekstrak dengan metanol, yang
persentase penghambatan adalah 81,7 % pada 1000 mg / mL dan ekstrak air 63,5 % pada konsentrasi yang sama .
       penelitian yang dilakukan oleh Adi Ahmat Samin et al, (2013). tentang penentuan kandungan fenolik total dan aktivitas antioksidan dari rambut jagung yang tumbuh didaerah Gorontalo. Dengan menggunakan metanol, air, n-heksan, etil asetat dalam proses fraksinasi diperoleh hasil ekstrak dengan etil asetat memiliki total fenolik yang paling tinggi yaitu 140,25 ± 1,42 mg GAE/g. Artinya, dalam setiap gram ekstrak setara dengan 140,25 mg asam galat. Kandungan fenolik total memberikan kontribusi sebesar 93% terhadap aktivitas antioksidan.
2.8    Kerangka Pikir
Buah Jagung
Rambut Jagung
Biji Jagung
Kulit jagung
Ekstrak Rambut Jagung
Fenolik total
Antioksidan
 














       Ekstrak rambut jagung berdasarakan penelitian terlebih dahulu diketahui memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti fenol, flavonoit, tanin, alkaloid, terpenoid, saponin dan glikosida, yang diketahui dapat dijadikan sebagai antioksida alami. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode DPPH atau 2,2-defenil-1-pikirlhidrazil untuk menguji efektifitas fenolik dari ekstrak rambut jagung yang tumbuh dikota palopo sebagai antioksidan. DPPH yaitu salah satu jenis radikal bebas yang mampu mengikat atom Hidrogen dari senyawa yang mampu mendonorkan atom Hidrogen yang berasal dari antioksidan. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning.





BAB III
METODE PENELITIAN

3.1    Jenis Penelitian
       Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan hubungan antara ekstrak rambut jagung muda dengan aktifitasnya sebagai antioksidan.

3.2    Objek Penelitian
        Objek penelitian ini menggunkan rambut jagung manis muda yang tumbuh dikota palopo dan antioksidan.

3.3    Definisi Operasional Variabel
1.      Rambut jagung muda yang digunakan adalah rambut jangung manis muda yang sudah tidak digunakan dan akan menjadi limbah jika tidak dimanfaatkan, dan pemilihan rambut jagung manis mudah sebagai objek karena banyaknya jumlah kuantitas jagung manis yang dikonsumsi masyarakat kota Palopo, yang kemudian ekstrak rambutnya dimanfaatkan sebagai antioksidan.
2.      Antioksdan adalah senyawa yang mampu menetralkan radikal bebas.

3.4    Waktu dan Tempat
       Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus tahun 2014 di Laboraturium Bahan Alam Universitas Cokroaminoto Palopo, lokasi pengambilan sampel rambut jagung manis muda di pasar subuh Andi Tadda.
           
3.5    Alat dan Bahan
1.      Alat
       Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender, gelas ukur, gelas kimia, pipet tetes, batang pengaduk, evaporator vakum, spektovotometer UV-VIS.
2.      Bahan
        Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rambut jagung manis muda yang tumbuh dikota palopo, aquades, metanol, etanol, reagen Folin – Ciocalteau(untuk menguji kandungan fenolik), asam askorbat (vitamin C)(untuk pembanding antioksidan), asam galat(untuk pembanding kandungan fenolik), dan DPPH(untuk pemnguji antioksidan), Na2CO3 (natrium bikarbonat).

3.6    Metode Kerja
1.      Persiapan
       Tahap persiapan dimulai dari pengambilan rambut jagung muda dari pasar subuh andi tadda, rambut jagung dipilih yang masih segar dan masih muda yang kemudian dicuci dan diangin-anginkan hingga kering kemudian memperisiapkan semua alat dan bahan dan membawanya ke Laboaturium Bahan Alam Universitas Cokroaminoto Palopo.

2.      Preparasi
        Tahap preparasi dimulai dari pemotongan rambut jagung yang sudah diangin-anginkan, kemudian dihaluskan hingga membentuk serbuk kasar, kemudian diekstraksi dengan metanol selama 5 x 24 jam dimana setiap 24 jam ekstrak disaring dan residunya dimaserasi kembali mengunakan metanol yang baru. Filtrat metanol hasil maserasi seluruhnya digabungkan kemudian dievaporasi dengan menggunakan alat penguap vakum pada suhu 30-40oC sehingga diperoleh ekstrak kental metanol.
        Tahap selanjutnya, Ekstrak kental metanol disuspensi dengan campuran metanol-air (1:2). Kemudian dipartisi dengan pelarut etanol. Hasil partisi dievaporasi pada suhu 30-40oC sehingga diperoleh ekstrak kental etanol dan metil-air.

3.      Pengujian
       Tahap pengujian sebagai antioksidan meggunakan metode DPPH. Antioksdian standar digunakan asam askorbat (vitamin C) dibuat dengan variasi konsentrasi 50, 100, 200, 300 ppm. Larutan ekstrak dan antioksidan pembanding, masing-masing sebanyak 3 ml direaksikan dengan 3 ml larutan DPPH 1 nM. Sedangkan untuk larutan blanko dibuat dengan mencampurkan 3 ml metanol dengan 3 ml larutan DPPH 1 mM. Semua campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dan terlindungi dari cahaya matahari. Kemudian, diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.

3.7    Tekhnik Analisis Data
       Tahap analisis data adalah :
1.      Menghitung persen (%) rendamen rambut jagung muda
Randemen %=  x 100%
2.      Menghitung kandungan fenolik total
TPC = 
Ket. :
C  = Konsetrasi Fenolik (Nilai X)
V  = Volume Ekstrak Yang Digunakan (ml)
Fp = Faktor Pengenceran
g   = Berat sampel yang digunakan (g)
3.      Menghitung aktivitas antioksidan
AEAC =
Ket. :
AEAC      = aktivitas antioksidan (mg as. askorbat/g sampel)
c               = nilai AEAC (mg/l) = nilai x
v               = volume larutan ekstrak (ml)
g               = berat sampel yang digunakan (g)
4.      Menghitung presentase penghambatan radikal bebas
% Inhibisi =  x 100%
(Ahmad Samin dkk, 2013)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Adi S,dkk. 2013. Penentuan Kandungan Fenolik Total Dan Aktivitas Antioksidan dari Rambut Jagung (Zea Mays L.)Yang Tumbuh Di Daerah Gorontalo.

Anggraini, H. 2011. Radikal Bebas, Oksidan Dan Antioksidan. Bahan Ajar.

Arista,Mega. 2013. Penentuan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No.2.

Fatimah Z. Cut,dkk. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk(Sauropus Androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 3, No. 1.

Ilham. 2013. Analisis Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung Didesa Bululondong Kecamatan Lamasi  Timur Kabupaten Luwu.(Skripsi). Palopo.
Maulida, Dewi,dkk. 2010. Skripsi Ekstraksi Antioksidan ( Likopen ) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran, n–Heksana, Aseton, dan Etanol. Semarang.

Nurhanan, A.R, dkk. 2012. Total Polyphenol Content and Free Radical Scavenging Activity of Cornsilk (Zea mays hairs). Sains Malaysiana 41(10)(2012): 1217–1221.

Palungkun, Rony. 2004. Sweet corn Baby corn. Penebar swadaya, jakarta.
Seafast Center. 2012. Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous.

Semangun,haryono.2004.penyakit-penyakit tanaman pangan indonesia. UGM PRESS,yogyakarta.
Sri R.Dwi,dkk. Penentuan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan Metode DPPH.Diponegoro.

Subekti, Nuning A.dkk. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar